Pengalaman [Belajar] Jadi Dosen Part 2

Hai semuanya….khususnya dek @helda. Ini part 2 yang mau saya ceritakan. Jadi part 1 kemarin, saya cerita sedikit tentang poin Adaptasi. Adaptasi terhadap semuanya, tentang cuaca juga lho. Panas banget di karawang, hehe. Kalau hujan hampir setiap hari, jadi sejuk dan dingin. ^_^
Oke, part 2 ini sedikitnya saya cerita tentang membangun percaya diri. Ya, percaya diri memang sudah sifat asli kita. Nah disini, hard skill dan soft skill harus dimainkan. Membangun percaya diri bisa dengan cepat tegak kalau amunisi alias bekalnya lengkap. Yup, kompetensi atau keahlian dan soft skill yang bisa diterapkan dengan baik. Hm, saya kira bagi dosen baru gitu dianggapnya masih “unyu”, jadi kayak Maba harus ada ospeknya. Hahaha,ternyata ada beneran. Ospek ala dosen , ospek (orientasi kehidupan kampus) berupa apa saja hal-hal baru yang harus kita tahu dan kita jalankan. Ya, tentang aturan kerja. Mungkin tak semuanya tertuliskan peraturan dan SOPnya. Ada kalanya memang harus banyak tanya, maklum masih baru. ^_^
Membangun percaya diri itu gampang gampang susah. Sengaja gampangnya ditulis dua kali, biar ga terkesan horor jadi dosen. Ya, mulai bahas kompetensi yuk. Ingat masih awal wawancara dan ngisi biodata pas ngelamar jadi dosen, harusnya nulisnya detail tentang minat dan kepakaran kita dimana. Fungsinya jelas selain kita PD dengan ilmu yang kita pahami, bisa mempermudah pak kaprodi atau PJ bagi jobdesk tugas ngajar. Nah, semester lalu (semester 5) saya dapat matkul Pengantar AI. Yup, ini gue banget! #eh Minimal walau ga pakar-pakar banget, alias ga begitu paham detailnya, dulu pas kuliah S1 sudah pernah ikuti semua matkul AI (mulai AI, Algen, JST, Fuzzy, dan sistem pakar). Jadi merasa sok pede, tapi gpp anggap ini modal pertama. 
Lalu setelah dapat poin bahwa kita ini sebenarnya punya kompetensi, jadi modal PDnya sudah terisi. Lalu yang soft skill, ini nih mengingatkan sama kegiatan berorganisasi pas zaman kuliah. Namanya juga soft skillm kemampuan yang keliatan, tapi ada banyak hal yang terasa. Mulai dari kedisiplinan, komitmen kerja serta profesionalitas. Wuuuushhh, jadi jadi dosen di awal-awal pertemuan, juga harus membangun karakter, yah itung-itung mau dikenal atau dicap kayak apa sama Mahasiswa? Hm, membangun percaya diri dimulai dari kelas pertama, Yup on time. ^_^ Tepat waktu masuknya. 
Ya, di awal-awal pekan pertama,a saya merasa antara dosen dan mahasiswa  memang lagi proses taaruf, kenalan lah. Jadinya hampir semuanya sudah OK, on time, yang terlambat dikit. Eeeeehhhh, lama-lama kok gitu.
Iklan sejenak ya, sesi curhat saya. Senin jam 09.30 itu jam kelas pertama. Setiap weekend saya berkunjung ke Depok, untuk mrefreshing hati dan pikiran #eaaa. Senin pagi buta, setelah sholat subuh harus berangkat ke karawang. Pertama kali kesalahan saya, berangkat dari kost teman jam 6, lalu naik Gojek sampai ke pasar rebo untuk naik bisa agramas. Ya Allah, begitu banyak orang jam 7 sudah berdiri, bisa agramas full karyawan atau penumpang yang mau berangkat kerja. Entah pikiran ini kemana, langsung milih naik bis yang arah Bekasi, saya turun Cawang. Niatnya ganti alat transportasi, sebut Elef Cawang-Karawang. Oke, hampir jam 8 belum ada yang lewat tuh Elef. Alhamdulillah bertemu dengan bapak-bapak yang juga mau ke Karawang, sudah nunggu dari jam 7. Hm, akhirnya jam 8.15 an baru naik elef, alhamdulillah lega. Hanya saja pikiran selanjutnya adalah sampai karawang jam berapa -__-’. Sungguh dilema,takut telat, atau parahnya takut mahasiswa sudah pulang. Selama perjalanan bingung, tanya dan hubungi beberapa dosen dan minta no hp ketua kelasnya. Setelah dapat kontaknya, saya hubungi dan menyampaikan kalau kemungkinan terlambat. Nah, alhamdulillah sampai karawang jam 9.15an. Lalu langsung ambil motor yang dititipin dan langsung ke kampus. Setelah absen masuk, jam 09.31, yah, tepat. Lalu buru-buru masuk kelas. Dan…..tahu apa yang terjadi. ^_^. Kelas kosong. hahahhaha, hanya 3 orang yang datang. Sungguh, rasanya tuhhhhhh. Hal ini menguji kesabaran. Selain membangun percaya diri, poin ini juga menguatkan mental. ^_^ Masak kayak gitu marah-marah, paling cuma nyindir. Saya aja daro Depok jam 6 ga telat, Anda yang di Karawang telat masuk kelas. -_-”
Oke, lanjut lagi. Pengalaman belajar jadi dosen tak cukup disitu. Belajar menyiapkan materi pasti di awal rajin bukan main. Setelah tahu diberi tugas ngajar apa seminggu sebelum masuk. Jadinya belajarnya seminggu untuk 1 matkul 1 pertemuan, begitu lanjut terus selama satu semester. Wkwkwk. Persiapannya mantep deh, sampai-sampai jumlah slidenya lebih dari 50. Hahaha….setelah kelas selesai, seperti biasa pertanyaan penutup , “Ada yang ditanyakan?”. Lalu diam semuanya, hehehe. Mantep. Itu diem ada dua opsi, diam karena memang ga ada pertanyaan atau diam karena ga paham sama sekali sehingga ga tahu mau tanya apa. Nah, waktu awal-awal kalau mau tahu jawaban aslinya, harus siap berlapang dada. Opsi jawabannya “ga ngerti sama sekali”. Hahaha. Itu baru saya lakukan di pertemuan ke 4 kalau ga salah, di saat kok kelasnya sepi dan aneh gitu sensasinya. Kata mereka, “ya, bahasanya terlalu tinggi bu”. Howalaaaaah. Ampun dah. 
Unsika memang sekarang sudah negeri, tapi baru setahun. Jadi mahasiswanya masih ada yang sistem swasta, yaitu spesial ada kelas karyawan. Nah, awal-awal kaget, hahaha, sensasinya agak beda, ngomong di depan yang lebih senior. Jadinya buat awalan, ya minta maaf kalau kata-katanya terlalu cepat atau ada hal yang ga paham, langsung tanya saja. Eh, dari mahasiswanya juga bingung, ini manggilnya apa “mbak” atau “bu”. Ya, akhirnya tetap manggil ibu, walau ditambah “muda” diakhir.
Oke, lanjut ya. Cerita tentang mengajar dan menyampaikan di kelas. Itu juga butuh latihan dan penyesuaian. Apalagi di unsika yang “jawa barat” banget, saya yang “jawa timur” banget, itu sensasinya lucu juga. Di kelas, ternyata banyak yang senyum-senyum bukan karena materinya lucu, tapi logat medok saya yang lucu. Awal-awal ga paham, dimana lucunya. Eh, ternyata. MasyaAllah. Posisi seperti ini jangan dianggap bahwa itu suatu hinaan atau cacian, eaaa, itu hanya side effect bahwa Indonesia itu begitu cantik. *_* opo hubungane. Malah, kalau saya yang masuk kelas ada mahasiswa yang dari jawa, rasanya mereka bisa leluasa nyeplos menggunakan bahasa jawa.Hahaha, java sentris banget.
Oke, jadi percaya diri itu perlu, dan memang penting. Tapi tetap ada batasnya, ga boleh keblablasan, atau kepedean, jatuhnya ke sombong. Tetaplah rendah hati, tong kosong nyaring bunyinya, tong berisi pasti akan ketahuan juga isinya apa. Walau tampak covernya gak cantik, tapi setelah tahu tenyata manis. Howalah, apaan. Tapi ada benarnya, kalau kita tahu gaya model dosen masa kini itu juga macam-macam. Apalagi para dosen perempuan, ibu-ibunya kadang ada yang supercantik, ada yang sosialitas, ada yang jilbaber, ada pula yang biasa-biasa aja. 
Udah dulu ya, cukup sekian cerita part 2. Semoga ada manfaatnya, kalau ga ada manfaatnya, anggap ini jadi hiburan sesaat. Hehehe,saya cerita kayak gini, bisa ngebayangin bentuk kejadian aslinya kah. Hahaha. ^_^ apalagi bayangin muka dan ekspresi saya. #eh
Nantikan part 3 nya ya….^_^
salam,

Komentar

Unknown mengatakan…
wow ceritanya menarik kak. ooo iya kalau ingin tahu tentang web gratis yukk disini ssaja. terimaakasih
betha mengatakan…
Hm, makasih sudah mampir kesini lalu ngasih pesan iklan. ^_^