Pengalaman [Belajar] Jadi Dosen [Part 1]

Tulisan ini saya mulai karena ada yang minta saya cerita #sokyesbanget.  Ya beneran, colek dek @helda yang sekarang lagi kuliah di NCU Taiwan. Padahal dari sudut mana-mana, diri ini mah apa atuh. Hahaha, ga sekeren dia (refer ke yang minta cerita). Nanti saya minta cerita gimana kuliah s2 di luar negeri ya...
Oke,bismillah. Saya mulai serius yah. Tentang pengalaman jadi dosen [baru 1 semester]. Memang ga layak kalau ngomongin pengalaman seumur jagung gini, ya iyalah baruuuu saja merasakan dan dapat title dosen.Lalu sebelumnya ituuuu tuh pas di malang, sebutannya instruktur. Hahaha. Oke, saya ganti ya judulnya, pengalaman belajar jadi dosen. Yup, sepakat kan?
Alhamdulillah, sudah 1 semester dijalani. Perasaannya lega, banget! Serasa selesai dari beban satu, ketemu semester baru. Hahaha, sensasi lagi, tapi mungkin ga shock kayak di awal. Boleh jadi karena doeloe kala pernah ambil profesi ngomong di depan kelas, jelasin teknis atau teori dikit-dikit ke anak-anak yang baru lulus SMA, kalau malam cerita di kelas karyawan. Hm, bisa jadi. Tapi apapun itu, pengalaman fix setelah lulus S2 lalu jadi dosen itu sesuatu.
Oke, beberapa hal yang mungkin bisa saya tulis di Part 1 ini hanya tentang Adaptasi di awal, apalagi di kampus baru. Hohoho, kayak film bioskop aja ada part 1, part 2#Gamaukalah.
Adaptasi, adalah suatu hal yang niscaya harus dilakukan siapapun di tempat baru. Tak terkecuali jadi dosen, jadi apapun kita pasti harus bisa cepat adaptasi. Kita ga boleh kalah sama bunglon yang bisa ganti warna dalam hal adaptasi dan menyamankan diri, tapi kita  ga boleh mencla mencle omongannya, apalgi prinsipnya. Kembali ke topik adaptasi, sebagai dosen baru harus tahu siapa saja orang-orang yang baru kita jumpai, baik dosen yang lain, para pejabat kampus/fakultas, sampai mahasiswanya. Maklum di awal mungkin belum hafal, tapi minimal seminggu tahu dan merasakan jadwal ketemu dengan siapa saja. Minimal wajahnya dihafal, sehingga kalau ketemu dimana bisa menyapa. 
Adaptasi juga perlu dilakukan dalam hal budaya kerja. Hal ini penting banget, agar tahu gimana caranya bisa kerja sama dalam satu instansi pendidikan ini. Pahami juga model model karakter dosen beserta mahasiswanya. Kita sehari baru masuk ga aka bisa, dan ga mungkin bisa mengubah dengan aturan seenaknya sendiri. Contohnya apa? Oke,saya sebutin yang sederhana. Masuk pertemuan pertama isinya adalah kontrak kuliah, di dalamnya ada kesepakatan prosentase nilai macem-macem. Awalnya saya kaget, ada 10% buat presensi. Soalnya pas kuliah dulu S1, S2 ga nemu poin kehadiran. Dulu hanya ada syarat 80% kuliah, kalau kurang dari itu ga boleh ikut UAS. Nah, awal pertemuan malah saya edit jadi cuma 5%. Ya iyalah, semua mahasiswa protes. Wkwkwk, hal ini sudah berjalan lama tentang prosentase kehadiran. Lalu, kondisi mahasiswanya yang saya hadapi bukan Maba, tapi semester 5 ditambah mereka ada yang kerja. Baru ngeh ternyata efek dari 10% itu ada, yaitu terpaksa harus masuk kuliah, kan lumayan dapat poin 10 kalau full. Itu satu poin. Memang kalau mau perubahan drastis, ya hapus saja poin 10% digantikan ke tugas atau UAS. Tapi, saya milih menyesuaikan dulu.
Oke, adaptasi yang lain adalah dengan teman seperjuangan, sesama dosen. Hal ini akan terasa selama awal-awal, ada banyak karakter yang luar biasa baik di sekitar kita. Contohnya kalau diajak makan bareng, oke. Kalau diajak sholat on time juga oke. Adaptasi yang versi ini tergantung levelnya, bagi saya awal-awal masih pendiem lho.#serius. Setelah sebulan baru nyaman bisa cerewet, aslinya tampak deh. Tapi kalau lagi ngetumblr kayak gini, saya diem lho, tangan sambil ngetik, batin lagi ngomong.
Selain adaptasi dengan manusia, lingkungan dan budaya. Ada lagi tahap adaptasi tentang status.#eaaa. Bukan status single atau married lho. Ini status jadi dosen. Nah, mulai deh doktrin tentang segala macam per-dosen-an. Hihihi. Yup, tri dharma perguruan tinggi. Pandangan jelas tentang peran dosen, di bagian pengajaran (mengajar dan mendidik), bagian penelitian dan pengabdian masyarakat. Ini 3 poin yang wow. Beneran, berat euy. Tapi ya konsekuensi jadi dosen begitu.
Nah, ada banyak pertanyaan. Kenapa mau jadi dosen? Apa yang dicari? Kan gajinya kecil? Suka ngajar? atau karena ada alasan lain?
bersambung....
Tetap ingin jadi dosen?

Komentar

Unknown mengatakan…
Kaka maaf mau tanya dulu pas kuliah s1 ngambil kelas reguler apa non reg? Terimakasih :)
bethanurinasari mengatakan…
Maaf baru balas, @Afifah, saya dulu S1 reguler program studi Ilmu Komputer UB