Beban dan Kesanggpupan


Ahh, terlalu idealis memang. Tapi tak apalah, itu namanya masih punya orientasi da prinsip yang masih diperjuangkan. #eaa
Tapi sepertinya memang perlu kembali kusampaikan kepada diri sendiri tentang 2 hal itu, tentang beban dan kesanggupan. Memang enaknya adalah jika sanggup maka diberi amanah. Tetapi yang sering terjadi adalah, jika [tampaknya] sanggup, maka diberi amanah. Nah, amanah sering identik dengan beban. Ujung-ujungnya jadi mengeluh karena amanah tersebut malah menambah beban hidup #ups. Jadi deh,mengeluh dan tidak legowo.
Waduh, tenang tenang. Aku tidak mengajak orang lain dalam bahasan tulisan ini. Hanya saja kalau misal posisinya sama, ya sok atuh nimbrung. Hm, jadi seharusnya diri kita pun harus punya daya tahan dan daya juang. Hidup ini memang begitu, unpredictable. Tak semuanya sesuai keinginan dan request kita. Pun dengan amanah atau tugas, pastinya ada momen dimana kita newbie di bidang tersebut. Tak akan ada istilah “pengalaman” dan “pakar” kalau tak mengalami namanya “percobaan”, atau malah uji coba, lebih parahnya coba-coba. Hahahaha. #puasbangeketawanya
Ya udah lah, gitu aja. Singkatnya, dalam kenyataan sepertinya logikanya beda. Kalau maunya kita, jika sanggup beneran maka silakan diberi amanah atau tugas kerja. Tapi pola kerja seringnya terbalik, jika diberi kerja maka harusnya jadi sanggup. Ada 5 langkah untuk membangun sesuatu menjadi kebiasaan, dari mulai dipaksa-terpaksa-bisa-biasa-kebiasaan. Nah, saat masih merasa dipaksa, pasti deh merasa terpaksa banget. Hahaha, seperti biasalah kalau kepepet mah bisa akhirnya. Hehehe, saat sudah bisa, jadi biasa deh. Kalau sudah biasa, kalau diterusin jadi kebiasaan. Nah, kebiasaan inilah yang seringkali bisa membentuk karakter. Huhuhu, panjang banget ya. Tapi kembali ke pola pikir deh. Jangan karena ga bisa, jadi nyerah begitu. #yes
Tetep semangat ya semuanyaaa….
salam,

Komentar