Cerita Waktu Makan Siang

14 Januari 2015 
Kemarin,aku makan siang di kantin MUI (Masjid Ukhuwah Islamiyah) setelah selesai service si hon-hon.Nah,karena lapar maka pesan yang cepat jadi.Oke sepiring nasi dan tongseng ayam.Aku duduk sendiri di meja yang kosong agar leluasa menikmati makan siang.Tak lama kemudian,pesanan datang dan akhirnya mulai makan.
Seperti hari-hari sebelumnya,ada adek-adek imut yang menawarkan barang dagangannya,ya berupa tissue.Adek itu menghampiriku dan duduk di depanku,sambil mengulang-ulang perkataannya “Kak,beli tissuenya donk.Satu aja,buat makan.” Aku jawab lirih,”maaf,ga dek.” Adek itu mengulang kembali perkataannya. “Sudah,jangan maksa mbaknya yang sedang makan.Itu di mejanya kan sudah ada tissue,”sahut ibu kantin di meja depanku.Hmmm,langsung diem deh akhirnya.
Nah,baru cerita dimulai.Ibu tersebut memulai mengajak ngobrol 2 adek yang jual tissue tsb dan berbagi nasehat tentang berdagang.Pertama yang ditanyakan adalah apakah adek-adek ini sekolah,rumahnya dimana,dapat izin ortunya,dst.Beberapa kali pernyataan ibu tersebut diulang-ulang,intinya adek-adek ini tugasnya sekolah dan belajar agar pintar.Sekarang yang berkewajiban cari nafkah itu orang tua,anak-anak belajar dengan baik.Kalau sudah pintar maka uang yang akan datang menghampiri.
Cerita juga tentang kasus yang terjadi pada penjual tissue yang sudah tidak keliatan lagi di sekitar sini.
Hmmmm,makan siangku kali ini,terasa lama.Betapa tidak,makan seporsi lama banget ga habis-habis,soalnya sambil mendengarkan cerita.

Selang beberapa menit,datanglah yang agak senior dengan bawa lebih banyak tissue.Langsung saja,ibu tersebut mulai menasehatinya,dan seakan menekankan “kenapa mengajak si 2 adek yang kecil-kecil ini?”.Dan kembali menasehati agar waktu menawarkan dagangan,jangan maksa orang. Cerita pun dilanjutkan dari si senior tentang pengalamannya dan motivasinya. Sepertinya sudah lama si senior ini telah terjun dan fokus di dunia per-tissuean.#ups
Pengalaman dia di saat menjual tissue dengan orang-orang yang lebih senior pun diceritakan.Sepertinya dia merasa bahwa kakak-kakaknya itu bisa membelanya kalau ada calon konsumen yang menghina dan marah-marah.Dia juga menyampaikan,sekolah tetap jalan tapi bisa cari uang sendiri dan ga repotkan orang tua kan baik.Hmmm,aku hanya mendengarkan dengan baik,tanpa komentar (lha kan masih makan siang). Menanggapi hal itu,ibu tadi membalas dengan pertanyaan juga “Kalau gitu,uang hasil kerja ortu mu dibuat apa,kalau kamu cari uang sendiri kayak gini? Kembali menasehati dengan kalimat yang logis dan bijak,” Ibu dan bapakmu kerja cari uang buat kamu.” Penekanan kembali pada kalimat “Dagang itu baik,gpp,asal kamu jangan maksa orang. Dagang itu harus sabar.Karakter orang itu macam-macam.”Hm,sip banget tuh.
Ya,pembicaraan mereka sepertinya masih panjang.Tapi makananku udah habis.Hehehe,jadinya sengaja beli teh botol,biar bisa duduk lagi.Singkat di sesi terakhir perbincangan kali ini,adalah tentang “rokok”.Si senior batuk,dan ibu tadi langsung menanyakan apakah dia ngerokok.Hwaaaaa,dia jawabnya ga.Tapi ibu tadi seakan yakin bahwa dia ngerokok.Rawan juga neh.Perhatianku lalu melihat ekspresi 2 adek yang kecil mendengarkan dan menyimak dengan baik pembicaraan sejak awal.Seperti ada kelas kehidupan singkat terkait dagang. Tapi tak lama kemudian,salah satu anak tersebut pandangannya ke arah meja di seberang.Aku jadi kepo lagi,memangnya ada apa.Ternyata orang-orang di sekitar paham,bahwa adek ini “ngincer” seplastik isi 3 gorengan yang ditinggal di meja oleh orang-orang yang habis makan di meja itu. “Ya,ambil saja!” teriak orang-orang saat melihat adek ini berdiri mau melangkah ke arah meja itu.
Alhamdulillah,itu rejeki dari Allah.
Alhamdulillah,aku diberi kesempatan melihat dan mendengarkan cerita siang kemarin.
Mungkin memang biasa dan ya memang begini kenyataannya.
Semoga ada hikmah di balik semuanya.
Semoga ada manfaatnya

Komentar