Cinta
itu adalah karunia yang amat berharga. Cinta itu perasaan yang begitu menyimpan
energi yang luar biasa. Cinta itu membangkitkan semangat kita. Cinta itu bisa
membuat diri ini tak mudah putus asa.Cinta itu bisa menguatkan kita. Sungguh,
aku melihatnya. Aku merasakannya, cinta yang tulus, cinta yang lembut,cinta yang menguatkan dan cinta yang menginspirasi.
Kisah
ini adalah kudapatkan dari memperhatikan dan berbagi cerita hampir setiap hari
dengan mereka. Ya,mereka teman kerjaku dulu. Mereka sosok bapak dan ibu yang
keren. Beliau bekerja dengan sungguh-sungguh demi sang anak. Bukan satu, tapi
dua anaknya. Oke, aku mulai ceritakan dua kisah yang memberiku pelajaran yang
begitu berharga. Hikmah kehidupan yang sangat bernilai. Dan pengalaman beliau
membuatku lebih membuka mata dan hati bahwa orang tua adalah sosok yang luar
biasa. Demi kebaikan dan kebahagiaan sang anak, pastinya semua orang tua akan
berusaha dengan sangat serius dan sungguh-sungguh.
Kisah
pertama yang mengajarkanku tentang cinta itu menguatkan adalah dari seorang
pekerja keras, bapak dari 2 anak, aku memanggilnya Pak Imam. Aku mengenalnya
karena beliau tetangga dekat kontrakanku, sebelum bertemu di tempat kerja aku
pernah beli LPG 3 kg di rumahnya. Nah,dari sanalah aku beberapa kali mampir
menyapa si Manda, anak pertamanya. Hm,menyenangkan melihat Manda bermain dengan
kelincinya. Tetapi beberapa bulan kemudian, beliau bersama istri dan 2 anaknya
pindah menuju rumah sendiri, tak lagi berkumpul dengan keluarga besar. Aku akui
keputusan tersebut adalah luar biasa dan mandiri. Beliau menunjukkan tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga.
Terkadang
ada beberapa pekerjaan di tempat kerja membuatnya terlambat pulang ke rumah,
beliau dengan agak menggerutu ingin segera selesai dan segera pulang. Mungkin
ada pandangan bahwa beliau tidak loyalitas, tapi tampaknya cinta pada
keluarganya jauh lebih besar yang membuatnya seperti itu. Cintanya kepada si
Adinda, singkatan dari adeknya Manda, melebihi cintanya pada dirinya. Hmmm,saat
gaji terlambat cair karena alasan-alasan yang tak cukup dinalar sesaat, membuat
beliau begitu kalut. Bingung dan sedikit emosi, memikirkan kata-kata yang harus
disampaikan kepada istri di rumah. Padahal beberapa hari sebelumnya, susu buat
sang anak sudah habis dan waktunya untuk segera beli. Hm,payah dan lelah.
Sepertinya karena hanya sederetan angka rupiah yang beliau harapkan yang belum
di tangan membuat masalah hidupnya menjadi bertambah banyak.
Sebelum
bekerja di tempat itu, beliau sudah beberapa tahun bekerja di Pabrik Rokok.
Beliau sadar bahwa jumlah uangnya lebih banyak, lingkungan temannya juga baik.
Tapi pada akhirnya beliau resign dan memilih bekerja di tempat itu. Beliau
sadar dan berniat untuk dapat menghidupi keluarganya dari jalan yang halal dan
baik. Dari sumber yang bukan “ambigu” seperti rokok. Sungguh motivasi awal itu
yang membuat beliau begitu kuat, ya demi sang anak. Walaupun sekarang
kondisinya Pak Imam sudah resign dari tempat kerja, beliau tetap kukuh dan
bersemangat untuk mencari nafkah yang halah untuk keluarganya di tempat lain.
Ya,semoga beliau dan keluarga dilancarkan rejekinya. ^_^Aamiin.
Kisah
kedua yang mengajarkanku tentang cinta itu menguatkan adalah sosok seorang ibu,
dari dua anak, aku memanggilnya Bu Dewi. Sosok yang tegar, sabar, pekerja keras
dan tak putus asa. Sebelumnya beliau bekerja menjadi seorang guru TK, tetapi
setelah menikah berhenti dari pekerjaan mulia itu. Karena passion nya berada
pada bidang mengajar, dengan bekal lulusan akuntansi beliau pun akhirnya
bekerja di tempat kerja yang sama seperti kami saat itu. Beliau sangat sayang
kepada kedua anaknya, sampai-sampai menyempatkan diri sejenak di sela-sela
istirahat antara jam ngajar siang dengan sore untuk pulang menengok mereka di
rumah. Saat kutanya kenapa, jawabnya singkat hanya untuk memastikan anaknya
baik-baik saja, sudah makan sampai diantar untuk tidur siang. Sungguh, cinta
yang tulus. Demi sang anak, beliau pun melamar pekerjaan ini untuk membantu
sang suami yang juga bekerja. Beliau ingin bisa memberikan yang terbaik buat
kedua buah hatinya. Anak pertamanya baru masuk SD, beliau memilihkan SD yang
terbaik dengan harga terjangkau, agar kelak putranya menjadi anak yang sholeh
dan berguna serta membanggakan. Beliau rela dan mau menerima shift kerja yang
acak atau jadwal yang tak begitu membuat nyaman banyak orang. Jam ngajar pagi
lalu sambung di malam hari, atau jam yang tak serasi dengan jadwal jobdesknya
sebagai seorang ibu rumah tangga.
Entah
berapa kali pelanggaran yang sering dikenakan kepada beliau karena terbentur
peraturan di tempat kerja itu. Tetap saja, beliau sigap dan berusaha menjadi
staff yang baik. Beliau lebih membutuhkan pekerjaan ini untuk bisa membantu
sang suami mengurus keuangan keluarga. Berapa kali teguran atau sindiran beliau
terima dengan ikhlas, tak banyak membalas, karena begitu memang kondisinya,
tidak seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Sungguh karena cinta yang
menguatkan, beliau tetap bertahan, berlatih lebih baik lagi, belajar lebih
keras dan bersikap lebih profesional dan semuanya dilakukan dengan motivasi
yang sangat mulia. Singkatnya adalah demi sang anak.
Begitulah
2 kisah cinta nyata bapak dan ibu demi anaknya. Mereka mengajariku arti
kesungguhan. Mereka menunjukkan bukti bahwa cinta itu menguatkan. Cinta yang
tulus dan cinta yang menginspirasi duniaku. Semoga tetap istiqomah dalam cinta
dan kebaikan. ^_^(tha)
Komentar