One Week One Book – Jalan Cinta Para Pejuang

Judul buku ini istimewa, Jalan Cinta Para Pejuang. Jadi sudah bisa dipastikan bahwa isinya adalah kisah perjalanan cinta para pejuang. Hm, pejuang, sekali lagi, para pejuang. Bukan para pecundang. Mungkin saat membaca tulisan yang ada di sampul buku ini, kita pun semakin tertarik ingin segera membacanya. Di sampul belakannya, ada puisi cinta berjudul jalan cinta para pejuang.

Di sana, ada cita dan tujuan
Yang membuatmu menatap jauh ke depan
………………………………. Pause >>> Skip >>> to be continued

Hehe, maaf, sengaja diskip, agar buat penasaran, walau cuma sedikit.#halah.

            Oke, sebelum baca kisah-kisah yang macem-macem tentang cinta, pejuang dan cintanya para pejuang. Penulis (udah pada tahu kan ^_^, Ustadz Salim A.Fillah) menuliskan lima kata di jalan cinta. Ya, kalau kau ditanya nih, sebut 1 kata untuk ungkapin cinta? Jawabanmu apa? Kalau 2 kata? Hayooo! Coba cek lagi, bener? Yakin? Hm, jawaban itu menunjukkan kualitas dirimu. #Jleb!!!


Yuk, kita bandingkan dengan jawaban para pejuang ini dalam mengekspresikan cinta dalam 1 kata, ya hanya satu kata. Satu kata cinta Bilal : “Ahad!”. Masya Allah, keren, dalem banget. Lalu kalau dua kata, gimana? Dari Rasulullah saw. mengungkapkan dua kata cinta itu adalah “Selimuti aku…!”. Nah, kalau 3 kata, Ummu Sulaim menjawabnya dengan “Islammu, itulah maharku!”. Hm, oke, kalau 4 kata cinta versi Abu Bakar adalah “Ya Rasulullah, saya percaya!”. Umar bin Khattab pun sangat istimewa dengan 5 kata cintanya, yaitu “Ya Rasulullah, ijinkan kupenggal lehernya!”. Hehe, terdiam, terpaku, terpesona, termenung, tertegun, tertohok, tak terpikir sama sekali ke kata-kata itu! Okelah, gpp. Pokoknya, jangan sampe tertidur aja. (-_-)Zzz . Oke,lanjut!

Di dalam buku ini, penulis menjelaskan dengan 3 langkah. Di awali langkah pertama yang diberi judul Dari Dulu Beginilah Cinta. Ya, kisah-kisah jadoel (baca jaman doeloe) yang sampai sekarang masih saja sering diangkat agar tetap populer, mungkin memang akan masih terus begitu. Kisah Romeo Juliet, serta Qais dan Layla Majnun yang menunjukkan berlebihannya dalam mencintai hingga sakit ‘gila’. Hehe, Maaf, agak jahat gitu. Adakah yang tidak setuju? Oke, boleh protes kok, tapi apapun itu takkan mengubah kisah klasik mereka, terutama di ending kisah mereka, tidak berakhir dengan “Mereka hidup bahagia selama-lamanya” seperti dongeng pada umumnya.

Langkah kedua, penulis membawa kita menuju “Dunia Kita Hari Ini”. Dalam bagian ini, sangat banyak dituliskan fakta-fakta dewasa ini, ditulis agar pembaca paham bagaimana dunia kita hari ini. Ya, karena zaman adalah sebuah konteks raksasa yang membingkai jalan cinta kita, sehingga para pejuang tak boleh hanya singgah, dan harus melangkah lebih jauh. Harus komitmen dan harus paham disaat yang liberal bertanya. Dan yang terakhir, iman dan kebatilan mustahil berdamai, Al Qur’an menjadikan musuh-musuh cinta hanya bisa berselimut kaca.#wow.

Huh, serius banget ya! Banget, apalagi kalau baca langsung. Beneran, dibuat melek! Lha, selama ini merem? Bisa jadi, bisa jadi !!! Atau hanya melirik, atau ngantuk, sehingga kurang sadar, alias ga 100%! Cukup, ntar malah ada yang nawari Mi*o*e !.#ups,iklan lewat.

Bagian yang ditunggu-tunggu adalah bagian ketiga, yaitu Jalan Cinta Para Pejuang. Ada 4 tapak yang harus dimiliki oleh para pejuang untuk meniti jalan cintanya. Nah, ini bagian yang aku suka. Lagi-lagi banyak kisah yang luar biasa. Kisah cinta para pejuang dalam meniti jalan cintanya.

Catat, tapak yang pertama itu VISI. Visi itu masa depan yang tak terbatas, kita membangun gambaran ideal untuk masa depan, ya untuk jangka panjang. Ya, menarik dengan kalimat sederhana tentang visi. Ada yang menyatakan bahwa visi hidupnya “sulit, tetapi bisa”, dan yang satu lagi sebaliknya, “bisa, tetapi sulit”. Lalu, visi kita termasuk yang mana? Mana yang lebih baik? Hm, mau tahu? Baca sendiri ya di halaman 101 (Aku beri bocoran deh, ini kan ga lagi UAS) #eh. Tentang visi, penulis pun mengaitkannya dengan mimpi, erat banget hubungannya. Uniknya, aku baru tahu kalau yang kita sebut sebagai cita-cita, sejatinya adalah mimpi yang bertanggal. Selain itu, diceritakan pula tentang mimpi Rasulullah saw sebelum perang Uhud dan apa yang terjadi setelahnya. Hayooo, udah pada tahu belum ???#toleh_kanan_kiri.

Hm, masih dalam bab Visi. Di jalan cinta para pejuang kita selalu berkelana dalam pilhan, dan itu butuh keberanian. Dalam setiap pilihan itu, seorang mukmin beristikharah pada Allah. Cie…cie, matanya langsung tajam menyoroti kalimat ini. ^_^. Iya, iya, tenang ga diskip kok. Shalat istikharah adalah salah satu tahapan sebagai tanda pasrah. Istikharah sesungguhnya adalah dimulai jauh sebelum itu, dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiar, dan kepekaan dalam menjaga hubungan baik dengan Allah.#kecewa?Ga seru ah ternyata.Peace!!!

Aku suka dengan kalimat ini, baca dengan cermat, diulang-ulang biar dapet feel-nya! “Karena soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi. Soalnya bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah tentang bagaimana Allah memberi. Apakah diulurkan lembut dengan cinta ataukah dilempar ke muka penuh murka. Bisa saja yang diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Dan bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui. Di situlah yang kita namakan barakah”. So sweet. ^_^ Gimana feel-nya? Dapet?

Tapak kedua adalah Gairah. Kisah spesial pada bagian ini adalah kisah Rasulullah saw dengan bunda Khadijah dan Aisyah. Selain itu, yang membuat tapak ini sangat keren adalah kisah perjalanan cinta Ali dan Fatimah. Dari beliaulah kita belajar bahwa cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan.Itulah keberanian.Atau mempersilakan.Yang ini pengorbanan. Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggung jawab atas setiap perasaan kita. #catet!

Kisah yang tak kalah istimewa adalah tentang Salman al Farisi dan Abu Darda yang berangkat melamar seorang wanita Anshar. Luar biasa, bisa kita bayangkan bagaimana perasaan Salman saat mendengarkan jawaban dari ibu gadis itu. Seketika itu. Ya, dalam sekejab, perasaan itu bisa dikelola dan ditata ulang dengan sangat cepat, ya kilat, ekspress. Tentang apa itu? Tentang rasa. Tentang cinta yang tak harus memiliki. #hiks, terharu, salut  sama pejuang satu ini.

Tapak ketiga adalah Nurani. Kisah di bagian ini lebih tentang nurani, hati, ya, perasaan banget pokoknya. Kisah Ka’b ibn Malik yang dengan nurani menyelamatkan imannya. Kisah Abu Bakr dengan nurani menyelamatkan ummat. Dan kisah yang sangat menggetarkan hati, kisah nabi Musa saat dikejar-kejar Fir’aun dan bala tentataranya, dengan nuraninya beliau berseru, “Allah bersamaku”. Nurani itu tentang ikhlas, antara berat dan ringan, antara tenang dan gelisah, antara suka dan tak suka, Nurani juga sabar dan saling menasehati. Oh indahnya. Oh nurani.

Tapak keempat adalah Disiplin. Ini tapak yang terakhir. Kisah perjalanan cinta Julaibib mengajarkan bahwa cinta kita berhenti di titik ketaatan. Tak hanya itu, sosok Hudzifah pun diceritakan dengan esensi kedisiplinan, ya tetap taat, walau bagaimanapun kondisinya. Terakhir subjudul dalam tapak ini adalah Asap Tanpa Api. Singkat hanya 2 halaman, tapi sarat makna. Bahwa di jalan cinta para pejuang, kita menemui ada semak di tepiannya, yang bisa menyemburkan asap tanpa api. Ya, kita harus disiplin, menjaga diri agar jangan sampai muncul fitnah. Inilah jalan cinta para pejuang, jalan yang berbeda karena ditempuh oleh pejuang, yang disiplin dalam ketaatan.

Setelah membaca buku ini, inspirasi itu efeknya dalam hati. Saat pertanyaan di awal diulangi, harusnya sudah ada jawaban yang lebih baik. Ungkapkan maksimal dalam 5 kata cintamu? Kau akan tahu apakah kau sudah berubah dalam memaknai cinta dan siap meniti jalan cinta para pejuang atau belum. Buku ini menurutku seperti buku cerita yang menggugah jiwa, menyelematkanku dari polusi makna cinta selama ini, menyadarkanku akan indahnya jalan cinta para pejuang. Semoga aku bisa menitinya dengan sosok yang juga bertekad untuk menempuh di jalan cinta para pejuang.#eh,mulai kumat deh! Oke, cukup disini saja. Buku jalan cinta para pejuang mengajarkan kita dalam memaknai cinta dan menunjukkan langkah untuk meniiti jalan yang diberkahiNya. Karena Allah tujuan dari semuanya.
^_^

jika cinta adalah matematika
maka yang mencintai kita
akan mengalikan kebahagiaan sampai tak terhingga,
membagi kesedihan hingga terasa tak ada,
menambah keyakinan sampai titik sempurna,
dan mengurangi keraguan hingga tak bersisa *          (* edit sedikit dari aslinya di buku)

Komentar