Menyikapi Kritik yang Ditujukan kepada Kita dengan Wajar dan Benar

Kritik, apabila ia datang dari seorang musuh maka sesungguhnya itu adalah kejujuran pandangannya terhadapmu.Apabila ia datang dari seorang kawan, maka itu adalah harapan yang sebenarnya itu adalah harapan yang sebenarnya ia titipkan kepadamu.
Kata Soe Hoek Gie, “Yang tidak tahan dikritik, boleh masuk tempat sampah!”.
 (sms taujih dari seorang sahabat)



Ya, tentang kritik. Ini mungkin sering kali kita dapat dari orang lain selama kita hidup, bahkan setiap hari bisa jadi banyak kritikan yang dikirim ke HP, email atau langsung disampaikan live ke kita. Ini hal yang biasa dan wajar, karena kita manusia. Ya, hanya manusia, bukan malaikat. Manusia yang memang dari “sono-nya” mempunyai fitrah kekurangan, khilaf dan lupa. Tak hanya itu sebenarnya, tapi lebih pada perbedaan dan variasi karakter, watak dan pandangan, ya sering disebut dengan visi misi atau kadang tentang afiliasi. Hal ini wajar, karena begitulah hidup. Semuanya berwarna dan beragam, makanya hal ini harus disikapi dengan hal yang wajar juga. Kembali ke masalah kritik, boleh jadi itu disampaikan kepada kita oleh orang yang memang “tidak suka” atau justru dari sahabat yang paling dekat dengan kita.

Hm, kritik itu seringkali isinya tentang hal-hal negatif  dalam diri kita yang disorot dan dikomentari oleh orang lain. Jadi, bisa kita rasakan bahwa saat ada yang menyampaikan kritikan, itu terkadang terasa bahwa orang tersebut menunjukkan kekurangan dan mungkin ketidaksukaannya kepada kita. Hayoooo, siapa dari kita yang suka banget kalau dikritik? Hehe, beda kalau kasusnya dipuja dan dipuji. Coba mana ada artis yang saat diteriaki para fansnya malah menangis dan marah, mereka suka banget kan dan merasa bahwa apa yang ditampilkan dapat membahagiakan para fans. Ironis sebenarnya, tapi begitulah yang ada di dunia.
Sudah fitrahnya manusia seisi dunia, kalau tidak suka dikritik. Tidak suka aibnya disampaikan dengan terang-terangan ke kita, dan bahkan menyindir atau menggunakan nada bicara yang tinggi. Hm, menyeramkan kalau kritik dibawakan dengan model begitu. Ya, siapa coba yang saat dikritik, hatinya tidak tersinggung, sakit hati atau kecewa. Biasanya sakit hati, sakit hati dan kecewanya ditujukan kepada orang yang menyampaikan kritik tersebut ke kita, bagaimanapun teknik yang dia gunakan, walau kritikan pedas atau kritikan dengan nada halus. Memori otak kita lebih jago dan kuat dalam menyimpan kenangan di saat itu, di saat kritikan itu disampaikan ke kita. Hm, sampai biasanya detail, dimana, kapan, waktu hujan, atau pas makan di kantin, atau pas lagi belajar kelompok. Yah, lagi-lagi kita adalah manusia. Sosok yang punya perasaan, sosok yang ingin menjadi pribadi yang terbaik.
Aku harap, aku pun bisa berubah. Saat aku menerima kritik, aku selalu ingat sms taujih di atas. Bahwa kritik yang berasal dari sahabat atau teman yang dekat dengan kita, itu adalah bukti sayangnya ke kita, bukti bahwa dia berharap kita menjadi pribadi yang lebih baik. Aku juga sadar bahwa aku adalah salah satu manusia yang banyak cela dan cacatnya, apalagi dari kata-kata yang terucap dari mulutku. Ya, mulai sekarang, kita harus persiapkan hati untuk bisa menerima kritikan dari orang lain.
Yuk, coba khusnuldzon alias berbaik sangka, khusunya kepada sang kritikus (hehe,istilah baru ya, artinya penyampai kritik). Jangan sampai ada dendam di dalam hati kita ke dia. Kalau kritik dia benar adanya, maka kita yang berterima kasih sudah diingatkan. Ehhhh, kalau apa yang dia sampaikan ternyata salah, atau sama sekali tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan atau maksudkan, maka berilah dia maaf. Sadari bahwa dia punya keterbatasan dalam memahami dan mengenalmu. Sampaikan sesungguhnya yang terjadi, coba jujur dan jelaskan bahwa niat dan perasaan atau apapun itu untuk mengklarifikasi. Sungguh, “tidak ada dusta di antara kita” bisa jadi slogan dalam persahabat kita dengannya. Jujur adalah kuncinya, saling memahami itu pintunya, dan saling membantu itu buahnya.
Mungkin ada beberapa poin plus-plus yang membuat kita bisa menerima kritik dengan lapang dada, yang bisa membukakan mata hati kita, yang bisa menambah kecintaan kita pada sang kritikus.
1.       Kritiknya itu tanda bahwa dia memperhatikan kita
2.       Kritiknya itu tanda bahwa dia sayang kita
3.       Kritiknya itu tanda bahwa dia ingin kita menjadi lebih baik
4.       Kritiknya itu tanda bahwa dia percaya bahwa kita bisa memperbaikinya
5.       Kritikan itu buat diri kita lebih semangat memperbaiki diri
6.       Kritikan itu bisa jadi data paling real akan kekurangan yang harus kita perhatikan
7.       Kritikan itu adalah motivasi untuk meningkatkan kualitas diri
8.       Kritikan itu seperti cermin yang bisa bicara kejelekan tentang kita
9.       Kritikan itu adalah sarana muhasabah (merenung / intropeksi) yang tepat
10.   Kritikan itu adalah obat pahit  yang harus didengar dan diresapi, lalu dilakukan treatmen untuk menjadikan pribadi yang sehat (akal,jasmani dan hati).

Yuk, kawan, kita sikapi kritikan itu dengan wajar dan benar. ^_^

Ya, jangan dendam kalau dikritik.
It happened because it allowed to be happened.

Tetap khusnuldzon dan fastabiqul khoirot.

Komentar