Setelah Membaca Buku Mencari Pahlawan Indonesia (Anis Matta)

                Ini juga tugas yang satunya lagi, saat itu harus baca buku dan membuat resumenya.Hehe....ini resume atau tulis ulang ya ==". Bagus memang kata-kata yang ditulis oleh sang penulis. Ya, jadi kayak meringkas nih. Oke, saat ini sepertinya Indonesia lagi mencari sosok pahlawan yang tepat buat jadi pemimpin mulai 2014.Yup,ini tulisan setelah baca buku ini.

Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan ke bumi untuk menyelesaikan  persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali ke langit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan – pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis. Pahlawan tidak harus dicatat dalam buku sejarah atau dimakamkan di Taman Makan Pahlawan. Mereka juga melakukan kesalahan dan dosa, mereka bukan malaikat. Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang – orang di sekelilingnya. Mereka merakit kerja – kerja kecil jadi sebuah gunung; karya kepahlawanan adalah tabungan jiwa dalam masa yang lama.Para pahlawan bukan untuk dikagumi. Tapi untuk diteladani. Maka makna – makna yang melatari tindakan mereka yang perlu dihadirkan ke dalam kesadaran kita.

Disebut seorang pahlawan adalah mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan, yaitu dapat menyelesaikan pekerjaan–pekerjaan besar dalam sejarah, dapat menjawab tantangan – tantangan besar dalam sejarah. Itulah sebabnya kita menyebut pahlawan itu orang – orang besar. Para pahlawan muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan situasi yang sulit. Mereka datang membawa beban yang tak dipikul oleh manusia-manusia di zamannya.
Tantangan adalah stimulan kehidupan yang disediakan Allah untuk merangsang munculnya naluri kepahlawanan dalam diri manusia. Orang – orang yang tidak mempunyai naluri ini akan melihat tantangan sebagai beban berat, maka mereka menghindarinya. Namun, orang – orang yang mempunyai naluri kepahlawanan akan mengatakan tantangan – tantangan kehidupan itu ; Ini untukku. Naluri kepahlawanan lahir dari rasa kagum yang dalam kepada kepahlawanan itu sendiri. Jadi, naluri kepahlawanan adalah kekuatan yang mendorong munculnya potensi – potensi tersembunyi dalam diri seseorang, kekuatan yang berada di balik pertumbuhan ajaib kepribadian seseorang.
Saudara yang paling dekat dari naluri kepahlawanan adalah keberanian. Pahlawan sejati selalu merupakan seorang pemberani sejati. Naluri kepahlawanan adalah akar dari pohon kepahlawanan. Keberanian adalah batang yang menegakkannya. Keberanian adalah kekuatan yang tersimpan dalam kehendak jiwa, yang mendorong seseorang untuk maju menunaikan tugas, baik tindakan maupun perkataan, demi kebenaran dan kebaikan, atau untuk mencegah suatu keburukan dan dengan menyadari sepenuhnya semua kemungkinan risiko yang akan diterimanya.
Sebagian dari keberanian itu adalah fitrah yang tertanam dalam diri seseorang. Sebagian yang lain biasanya diperoleh melalui latihan. Keberanian, baik yang bersumber dari fitrah maupun melalui latihan, selalu mendapatkan pijakan yang kokoh pada kekuatan kebenaran dan kebajikan, keyakinan dan cinta yang kuat terhadap prinsip dan jalan hidup, kepercayaan pada hari kiamat, dan kerinduan yang menderu-deru untuk bertemu dengan Allah. Semua itu adalah mata air yang mengalirkan keberanian dalam jiwa seorang mukmin.
Tidak ada keberanian yang sempurna tanpa kesabaran. Sebab kesabaran adalah nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan dalam diri seseorang pahlawan. Jadi, keberanian adalah aspek ekspansif dari kepahlawanan, sedangkan kesabaran adalah aspek defensifnya. Kesabaran adalah daya tahan psikologis yang menentukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu bertahan dalam menghadapi tekanan hidup.
Seseorang disebut pahlawan kareana timbangan kebaikannya jauh mengalahkan timbangan keburukannya, karena kekuatannya mengalahkan sisi kelemahannya. Kebaikan dan kekuatan itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan merupakan rangkaian amal yang menjadi jasanya bagi kehidupan masyarakat manusia.Takdir seorang pahlawan adalah bahwa ia tidak pernah hidup dan berpikir dalam lingkup dirinya sendiri. Ia telah melampaui batas – batas kebutuhan itu bahkan telah hilang dan lebur dalam batas kebutuhan kolektif masyarakatnya dimana segenap pikiran dan jiwanya tercurahkan.
Pengorbanan adalah kata kunci kepahlawanan, dimana ia bertemu dengan tanggung jawab, keberanian, dan kesabaran. Tiga hal yang terakhir adalah wadah – wadah kepribadian yang ahnya akan menemukan makna dan fungsi kepahlawanannya apabila ada pengorbanan yang mengisi dan menggerakkannya. Pengorbananlah yang memberi arti dan fungsi kepahlawanan bagi sifat – sifat pertanggungjawaban, keberanian, dan kesabaran.
Kompetisi merupakan cara terbaik untuk membedakan “peringkat’ para pahlawan sejati itu di mata Allah SWT.  Kompetisi sendiri itu adalah semangat yang melekat dalam diri para pahlawan, karena ini merupakan cara terbaik untuk mengeksploitasi potensi-potensi mereka. Mereka membutuhkan medan kompetisi yang tak terbatas, sebab ketidakterbatasan itu akan mendorong munculnya semua potensi tersembunyi dalam diri mereka. Dan medan kompetisi itu adalah “amal shalih”. Indikator yang digunakan untuk menilai kompetisi itu adalah paduan – paduan yang harmonis anatar waktu (kecepatan), kualitas, kuantitas, dan manfaat sosial dari setiap unit amal yang kita lakukan. Maka, pahala mujahidin Badar berbeda dengan pahala para mujahidin dari peperangan lain perang Badar.
Tidak ada pahlawan sejati yang besar yang tidak mempunyai struktur filosofi yang solid dan kuat. Filosofi adalah sebuah ruang kecil dalam kepribadian kita darimana seluruh tindakan diarahkan dan dikontrol. Orang – orang yang tidak mempunyai pikiran – pikiran besar tidak akan pernah terarahkan untuk melakukan tindakan – tindakan kepahlawan. Filosofi adalah kerangka pikiran yang terbentuk sedemikian rupa dalam diri kita dan berfungsi memberi kita ruang bagi semua tindakan yang “mungkin” kita lakukan. Semakin luas “kerabfja berpikir” itu, semakin luas pula “wilayah tindakan” yang mungkin kita lakukan. Saya menyebutnya “wilayah kemungkinan”.
Filosofi terbentuk dalam diri kita sebagai kumulasi dari kerja-kerja imajinatif. Adapun imajinasi itu sendiri merupakan bagian dari fungsi pikiran dan emosi sekaligus. Sebagian dari yang terekam dalam filosofi itu adalah cara memaknai suatu sisi kepahlawanan. Filosofi juga membicarakan harapan – harapan kita, arti kehormatan, sumber motivasi, apa-apa yang kita suka dan kita benci, proses pemaknaan terhadap sesuatu, fungsi keterampilan kepribadian, dan seterusnya. Pada akhirnya apa digambarkan oleh filosofi itu adalah keseluruhan kepribadian kita.Dan itulah kunci kepribadian kita.
Titik tengah antara idealisme yang tidak realistis dengan realisme yang terlalu pragmatis adalah optimisme. Para pahlawan mukmin sejati menyadari dengan baik bahwa mereka lahir untuk sebuah misi besar.Akan tetapi, mereka juga sadar bahwa mereka tetap berpijak di permukaan bumi. Meang dua hal itu tidak bertentangan, sebab di tengahnya ada sebuah ruang tempat kedua hal itu bisa saling beririsan : Optimisme. Mereka sepenuhnya percaya bahwa Allah hanya mau memenangkan agama-Nya dengan usaha –usaha manusia, bukan dengan mukjizat demi mukjizat.
Seorang pahlawan tidak pernah memandang karya-karya besar mereka secara berlebihan, tetapi mereka juga tidak pernah meremehkan pekerjaan – pekerjaan kecil yang mereka lakukan. Faktor yang bisa mempengaruhi cara penilaian besar kecilnya karya adalah faktor kemampuan, tingkat kebuthan saat itu, kesinambungan dengan pekerjaan –pekerjaan sebelumnya, atau dengan distribusi manfaat, tingkat kemampuan pelaku, tingkat keterlibatan orang lain.
Pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat hidup. Mereka juga vitalitas (membuat kita selalu penuh harapan, di saat visi  keputusasaan  mematikan semangat hidup). Pahlawan itu tetaplah manusia biasa. Semua gejala jiwa yang dirasakan oleh manusia biasa juga dirasakan para pahlawan. Ada saat dimana mereka sedih. Ada saat dimana mereka takut. Jenak-jenak kelemahan, keputusasaan, kecemasan, dan keterpurukan pun pernah mendera jiwa mereka.Akan tetapi, yang membedakan para pahlawan dari manusia biasa adalah bahwa mereka selalu mengetahui bagaimana mempertahankan vitalitas, bagaimana melawan ketakutan – ketakutan dan kesedihan – kesedihan, bagaimana mempertahankan harapan di hadapan keputusasaan, dan bagaimana melampaui dorongan untuk menyerah dan pasrah di saat kelemahan mendera jiwa mereka. Mereka mengetahui bagaimana melawan gejala kelumpuhan jiwa.
Para pahlawan mukmin sejati selalu mengetahui kadar kepalawanan dari setiap perbuatan dan karyanya. Mereka tidak biasa membesar-besarkan nilai perbuatan dan karya mereka jika kadar kepahlawanan dalam perbuatan dan karyanya itu secara objektif memang tidak ada atau sedikit.
Seorang tidak menjadi pahlawan karena ia melakukan pekerjaan – pekerjaan kepahlawanan sepanjang hidupnya. Kepahlawanan seseorang biasanya mempunyai momentumnya. Ada potongan waktu tertentu dalam hidup seseorang dimana anasir kepahlawanan menyatu padu. Saat itulah ia tersejarahkan.
Seseorang menjadi pahlwan karena ia mempunyai bakat kepahlawanan dalam dirinya dan karen bakat itu menemukan lingkungan yang memicu pertumbuhannya, kemudian menemukan momentum historis yang menjadikannya abadi. Setiap orang datang membawa bakat yang berbeda, kemudian menemukan lingkungan yang berbeda, dan kemudian menemukan momentum historis yang berbeda.Maka, keunikan individual para pahlawan adalah keniscayaan sejarah.
Nah, sekarang pertanyaannya di manakah para pahlawan Indonesia itu? Pahlawan yang bisa menangani berbagai krisis yang menimpa negeri ini. Mungkinkah kita menemukan para pahlawan yang kita harapkan itu?

Masih mungkin. Tapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untuk hadir di sini. Mereka tidak akan pernah datang. Mereka bahkan sudah ada di sini. Mereka lahir dan besar di negeri ini. Mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai. Mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka; dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau –pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi leher sejarah.

Komentar