Surat untuk mahasiswa tersayang…(intinya : ujian jangan nyontek !^_^ Fight!)


Aku menemukan catatan seorang dosen buat mahasiswanya….hm, sepertinya beliau ingin marah, tapi ga bisa meluapkannya, jadi ditulis. Mungkin quote berikut ada manfaatnya buat kita, khususnya buat kita “mahasiswa”.
Ini ceritanya, sepertinya sang dosen lagi jaga ujian, tapi tidak dijelaskan ujian berupa UTS atau UAS, atau mungkin quiz.Trus sang dosen juga menemukan mahasiswa yang “tidak” memperhatikan beliau. Hm, aku jadi tersindir juga, kalau dulu dan sekarang mungkin masih “kurang” memperhatikan, apalagi kalau tiba-tiba terserang “ngantuk”. Hm, muhasabah nih…. Siap, oke, saya klik “run”, biar tereksekusi, “silakan membaca”.

 “Untuk mahasiswaku tersayang, mohon maaf atas kekurangan saya dalam mendampingi dan memfasilitasi belajar Anda. Saya hanya ingin berpesan, agar Anda tetap semangat belajar, bukan hanya sekedar mengejar title atau ijazah. Negeri ini butuh kita, keluarga dan orang tua berharap kita bisa mewujudkannya.
Boleh jadi memang tidak semua mata kuliah yang Anda pilih di semester ini tidak atau belum Anda kuasai. Atau ada matakuliah yang tidak Anda sukai terpaksa diambil sekarang, karena wajib atau alasan yang lain. Tapi ketahuilah, itu semua adalah ilmu. Tugas, quiz, UTS, dan UAS adalah sederetan menu evaluasi. Bukan hanya mencari nilai tertinggi, tetapi itu untuk evaluasi diri. Evaluasi diri sejauh apa penguasaan atau pemahaman mengenai materi yang telah disampaikan. Jelek atau bagus nilainya tidak menjamin Anda apa-apa, maksudnya kalau mendapat nilai 100 maka Anda akan lulus lebih awal, atau bahkan kurang dari 60 bisa saja Anda lulus lebih awal daripada yang mendapatkan 100. Efeknya dan jaminan itu pada diri sendiri, dampak pada peningkatan kualitas diri.
Kuliah beberapa tahun akan mencetak kita menjadi pribadi yang unggul, baik dari sisi akademik maupun moral. Kalau Anda terbiasa mencontek, maka jangan kaget kalau kebiasaan curang itu menempel pada Anda, sehingga kelak bisa saja melakukan korupsi. Singkatnya, bagi Anda yang selalu mencontek, atau curang, rasanya tidak sopan kalau memaki-maki para koruptor yang tertangkap. Kejujuran itu indah, walau tak selamanya menyenangkan. Ayolah, kita berusaha  dengan sebaik mungkin yang kita bisa.
 Jangan dikira pengawas ujian tidak melihat tingkah Anda saat ujian. Tapi jujur , saya miris rasanya, saat melihat jawaban dibagi-bagikan. Mata yang jeli melihat jawaban teman, atau juga tingkah aneh yang lain. Walaupun hasilnya 100 pun, apakah ada rasa ketentraman di hati Anda? Saya rasa tidak, justru kebanyakan langsung “rendah hati atau pasti tidak berani sombong”. Karena sadar, bahwa nilai 100 itu tidak murni, itu hasil kerja bersama (catat bukan kerjasama).Pastinya ada rasa tidak percaya diri itu tertanam, bisa subur kalau selalu dipupuk dengan baik, bisa juga layu kalau segera tidak menjadikannya kebiasaan.”


Nah, surat yang sederhana tapi cukup “dalam”. Sip, wahai mahasiswa, para agent of change, Indonesia mengharapkan kita. Indonesia mengharapkan kontribusi nyata kita. Kalau untuk menyelesaikan masalah di atas kertas saja kita tidak jujur, apalagi menyelesaikan masalah di lapangan, atau juga di gedung DPR ntar….Atau kalo sudah jadi pemimpin, bahkan presiden. Yuk, mulai sekarang ‘SAY NO TO NYONTEK!’ dan “SAY YES TO JUJUR!”.Sip nih, slogan baru buat mahasiswa. Jadi ga khayal kan, kalau di tempat kuliah atau sekolahmu memberlakukan hukuman yang mantap “kalau ketahuan nyontek atau curang, maka nilai mata kuliah otomatis E, atau ada juga semua mata kuliah di semester tersebut dapat E”.Wow, tegas banget tuh! Karena ini bukan hanya dosa biasa, tapi bisa jadi kebiasaan yang menyesatkan. 
Kesalahan yang merusak diri dan jangka panjangnya bisa memanipulasi banyak hal sehingga bisa merugikan banyak orang.

Komentar