kecewa ama "tarbiyah"

Hm...kecewa???

ya, namanya manusia, yang punya perasaan....

hiks...hiks....

setelah browsing, akhirnya menemukan artikel ini...

semoga bisa jadi artikel sedikit penawar kekecewaan...

semoga bermanfaat



"Jangan Tarbiyah "

Oleh Kang Agus

sumber : http://jejak.agussupriatna.com/jangan-tarbiyah

Beberapa hal yang ana mau share ke antum semua, bukan bermaksud mengajari tapi hanya ingin berdiskusi, Ikhwaty:

1. Jangan menganggap bahwa Tarbiyah adalah sesuatu hal yang pasti suci. Setiap yang keluar dari Tarbiyah berati benar dan tidak pernah salah, jangan akhi, jangan ukhti jangan menganggap demikian, karena ketika kita menganggap demikian lalu menemukan sebuah kecacatan, kita akan kecewa. Biar bagaimanapun Tarbiyah telah jauh-jauh hari menyatakan dirinya sebagai jamaah manusia, bukan kumpulan dari para malaikat yang tidak pernah salah. Tarbiyah tidak terdiri dari orang-orang yang dijamin kemaksumanya, tetapi terdiri dari manusia biasa yang sangat berpeluang untuk salah dan khilaf sehingga kita menyadari bahwa diri ini harus berkembang dan mempunyai banyak pengetahuan agar bisa membangun Islam dengan cara yang benar dan baik. Biar bagaimanapun 5-10 tahun lagi kitalah yang akan menjadi para penerus mereka yang mengambil kebijakan dalam tarbiyah, menyesalah kita ketika kapasitas kita tidak bisa menerima amanah yang besar itu dan kita terperosok kedalamnya.



2. Jangan pernah menganggap bahwa pemimpin kita di tarbiyah adalah orang yang suci. Biar bagaimanapun mereka juga manusia yang mempunyai masa lalu dan masa depan, baik buruknya mereka sangat tergantung dari lingkungan dan latar belakang mereka. Saat kita menganggap bahwa pemimpin kita adalah orang yang suci, maka bersiaplah untuk kecewa, karena sesungguhnya tak ada manusia yang lebih sempurna daripada Rasulullah dan Rasulullah sendiri pernah melakukan kesalahan. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita bisa menangkap ide-ide mereka dan kecemerlangan mereka, kebaikan-kebaikan mereka serta teladan yang baik dari mereka lalu niatkan semata untuk mencari ridho Allah dan keidealan hanyalah milik Allah, bukan milik manusia. Saat kita memahami ini, maka kita akan lebih bijak melihat fenomena apapun yang terjadi terhadap pemimpin kita, karena kita tahu bahwa kita berjuang bukan untuk tokoh atau orang tertentu tetapi untuk pemilik kesempurnaan abadi dialah Allah.



3. Jangan menganggap bahwa murrobi/ah kita adalah segala-galanya, idelanya memang murrobi/ah menjadi: qiyadah(memimpin liqoat tersebut dalam kehidupan berjamaah dan amalan dawah), Ustadz (sebagai sumber ilmu dunia dan akhirat yang memampu mengajarkan apa saja), Syekh(yang memiliki kaffah syariyah yang baik), Sahabat (yang mengenal kita dan dekat dengan kita), Orang Tua(yang mampu menjadi tauladan dan penuntun kita), jangan saudaraku jangan terlalu berharap lebih dari murrobi/ah kita, karena adakalanya kapasitas kita bisa melebihi murrobi kita dalam bidang tertentu, baik di bidang fiqih, kajian quran ataupun analisis politik. Jika jamaah ini mengaruskan kita mengkultuskan seorang murrobi/ah dan selalu berharap dari murrobi/ah maka tak pernah akan hadirlah sebuah Tarbiyah yang bernama Tarbiyah Dzatiyah. Kewajiban kita adalah menjadi murrobi/ah yang ideal sesuai dengan fungsinya, menjadikan diri kita sebagai seorang yang punya kapasitas dan pantas sebagai seorang tauladan. Raihlah kecemerlangan diri, lampaui batas dari kemampuan dan kapasitas kita, upgrade setiap pemahaman kita, mumpung kita masih mudah dan belum banyak disibukan oleh urusan dunia dan seandainya sudah disibukanpun, maka sesungguhnya para sahabat zaman Rasulullah juga mampu berkarya dengan kapasitas maksimal mereka walaupun mereka disibukan oleh kehidupan dunia mereka.



Tiga hal diatas adalah sebuah nasihat yang disajikan untuk penulis terutama dan untuk para sahabat. Saat kita paham bahwa di jamaah Tarbiyah banyak orang-orang hebat, banyak orang-orang ideal tetapi di jamaah yang lain juga banyak orang yang lebih hebat, banyak yang lebih ideal, maka dengan segala keterbatasnya jamaah Tabiyah ini selalu rendah diri. Tarbiyah tidak pernah mengajarkan kita untuk bisa berkarya dengan ego, tidak pernah mengajarkan untuk sombong dan merasa paling benar. Tarbiyah mengajarkan kapada kita untuk selalu menghadirkan kinerja terbaik kita, untuk selalu melahirkan ide-ide kita, untuk selalu menghasilkan sebuah narasi masa depan Islam kepada dunia. Maka sesungguhnya Tarbiyah selalu hadir dalam setiap barisan dawah, ia akan bersama-sama dengan yang lain walaupun dengan baju yang berbeda, ia mengajarkan kita untuk menghilangkan skat-skat pemisah yang kecil dan tidak penting, ia mengajarkan kita fokus pada substansi bukan pada simbol-simbol semata maka ia mengajarkan kita untuk selalu menjaga persatuan ummat Islam apapun latar belakang kita. Saat harapan persatuan karya dan ide menjadi sebuah kenyataan, maka bersiaplah menyambut sebuah kejayaan Islam yang lama dinantikan. Terus berkarya sahabatku, Harapan Itu Masih Ada, Majulah Indonesiaku Majulah Islam tercintaku.

Wallahualam

Komentar