“Tarbiyah bukan segala-galanya, tetapi segalanya tidak akan tercapai tanoa tarbiyah”

Judul di atas, aku dapatkan dari artikel yang pernah kubaca dengan judul yang sama. Yach….aku hanya menulis sebagian dari isi dari bulletin tersebut. Semoga bermanfaat…
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam taurat, Injil dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (At-taubah : 111)
Proses tarbiyah itu ibarat orang menanam sebuah pohon. Tarniyah dimulai dengan mencari “lahan yang baik” untuk dapat ditanami. Kemudian dicari bibit yang baik untuk ditanam. Setelah itu lahan yang ada dibersihkan dari ilalang, rerumputan maupun tanaman pengganggu, gulma, dan sebagainya. Setelah tanah diolah dan siap ditanami, barulah kemudian ditanam. Tidak cukup di situ, ditanam lalu ditinggal pergi. Tanaman perlu dirawat dan dipupuk agar subur. Lalu siramlah dan dijaga dari berbagai hama serta binatang yang mengganggu dan merusaknya. Kerja ini membutuhkan waktu yang lama dan kesabaran. Tarbiyah tidak bisa hanya dijadikan pekerjaan sambilan atau serampangan tanpa perencanaan dan kinerja yang jelas.
Ilustrasi di atas untuk menggambarkan proses tarbiyah seperti orang yang mencetak batu bata, yaitu dimulai dari mencari tanah hingga memprosesnya menjadi batu bata yang siap menjadi penyusun bangunan yang kokoh dan kuat.
Tarbiyah bukan untuk membentuk pribadi yang seragam, tetapi justru beragam dan unik. Karena justru yang berbeda itulah sehingga antara satu dengan yang lain dapat saling melengkapi dan menyempurnakan seperti tubuh yang satu seperti bangunan yang kokoh atau menjadi shaf yang rapi…

Komentar