Untuk Ibu , Hanya Cinta

Sudah sejak lama saya merindukan saat itu. Saat saya bisa memberikan sesuatu untuk ibu. Saat sesuatu itu bisa menjadikan ibu tersenyum dan sekali lagi merasakan cinta untuknya. Walau ternyata kasih itu tak terukur adanya.
Saya selalu merasa iri, setiap kali membaca tulisan orang – orang mengenai ibu mereka. Demikian indahnya barisan kalimat cinta yang saya baca. Saya yakin, di antara mereka yang menulis itu pastilah ada yang sampai tak tahan hingga menangis, oleh sebab perasaan yang tak lagi bisa dibendung. Mungkin mengingat betapa sering tersakiti hati ibu oleh perilaku yang tak disengaja. Mungkin mengingat betapa payah balasan yang diberikan kepada ibu,walau tak pernah terhitung banyaknya. Mungkin menyadari ketidaksanggupan diri untuk mengobati luka yang ibu rasakan di tengah pengabdiannya pada keluarga, juga kekhawatiran bila tak sanggup menceritakan hati ibu sepenuhnya – akibat tak pernah mengerti kesedihannya. Sebab,ibu selalu menyuguhkan senyumnya yang termanis untuk kita semua. Sebab, ibu selalu hadir setiap saat ada senang dan derita.
Ibu yang selalu cemas ketika ia melihat gundah tergambar di wajah saya, ibu yang selalu mengetahui susah hati yang saya rasakan walau semua itu tidak terucapkan, ibu yang berbinar di wajahnya ketika riang yang saya bawa pulang.
Hari ini ibu pasti tersenyum,
Padaku, akhirnya
Karena kubawa berita suka,
Tidak lagi derita, seperti kemarin dulu
Senyum ibu berarti dunia,
Bagiku, selamanya
Sebab kali ini senyum itu
Berarti tak lagi kutambah susah hati,
Untuk ibu dan aku sendiri
Tiada aku menangis lagi
Saat saya akhirnya mendapatkan keberhasilan – keberhasilan dalam hidup saya, seperti mendapatkan nilai yang bagus pada beberapa mata kuliah, mendapatkan IP yang tinggi, bahkan meraih IP yang tertinggi di kelas, keberhasilan dalam organisasi saya, telah menjadi ketua umum UKM, sukses menyelenggarakan seminar nasional, menjuarai LKTM tingkat nasional atau berhasil mendapatkan medali emas di saat PIMNAS. Atau keberhasilan – keberhasilan kecil dalam aktivitas saya,...di saat itu saya pikir saya telah memuaskan dan memenuhi harapan dan keinginan ibu. Namun, sesungguhnya, harapan dan keinginan ibu hanya satu : MELIHAT ANAKNYA BAHAGIA. Itu semua bukan untuk ibu, melainkan keberhasilan itu untuk diri saya sendiri. Mungkin saya memang tak pernah bisa memberikan balasan apa pun untuknya.
IBU, SAYA HANYA PUNYA CINTA. Yang mungkin juga tak cukup untuk menggantikan setiap peluh da air mata. Ibu, saya menjanjikanmu doa. Menghadirkanmu dalam bayang hati saat lantunan pinta itu perlahan menelusup dalam ucapku.
IBU, RINDU INI UNTUKMU.
Terinspirasi dari ”Bercermin Pada Hatimu” karya DH Devita

Komentar