“COOL RUNNING” hadir di FMIPA

Kamis, 4 Desember 2008 bertempat di gazebo depan Mushola Nurul Ilmi sekitar pukul 16.00 diadakan KIM3 (Kajian Intensif Mahasiswa Muslim MIPA) spesial edisi MILAD FORKALAM ke-10. Kali ini KIM3 tidak hanya berisi ceramah dari para ustazd yang kompeten atau para dosen yang ahli di bidangnya, KIM3 edisi spesial ini diisi dengan acara nonton film bareng. Karena KIM3 ini spesial, tentunya film yang dipilih untuk ditonton juga disiapkan dengan teliti. Panitia menjatuhkan pilihannya kepada film “Cool Running” untuk dinikmati dan dimaknai oleh warga FMIPA.Selain kajian yang disajikan berbeda, KIM3 ini juga mengundang pemateri atau pembahas yang berbeda pula. Kali ini, panitia penyelenggara mengundang M.Andik , Mantan Ketua Forstiling UB sekaligus Menteri PSDM EM yang sekarang.
Film “Cool Running” ini memberi warna yang berbeda sore yang sejuk saat itu. Para peserta kajian dihibur dengan humor para aktor serta jalan ceritanya yang begitu unik tetapi tetap memberikan pesan dan pelajaran yang berharga. Film ini menceritakan perjuangan empat orang warga negara Jamaica untuk mencapai impiannya menjadi juara Olimpiade. Tiga di antaranya adalah atlet lari yang tangguh, tetapi takdir berkata lain, karena salah satu dari mereka terjatuh saat berlari dan menimbulkan dua orang di sampingnya ikut terjatuh. Alhasil ketiganya gagal menjadi delegasi negaranya untuk Olimpiade lari.Tetapi tak berhenti di situ, kehidupan ini menuntut sebuah perjuangan meraih cita – cita. Bukankah Harapan itu masih ada?
Selanjutnya, film ini mengisahkan perjuangan 4 orang itu berjuang melalui olahraga bubled, yaitu perlombaan dengan kereta yang didorong di atas lintasan es. Otomatis, perlombaan itu dilangsungkan di negeri yang bersalju. Hal itu bertolak belakang dengan keadaan Jamaica. Janganlah kita menyalahkan keadaan atau situasi di sekitar kita yang tak menguntungkan,itu pesan dari sang pembahas film setelah selesai menonton bareng.Akhirnya dengan perjuangan yang luar biasa, 4 orang bersama pelatihnya pergi ke negeri salju tempat diselenggarakan Olimpiade itu. Perjuangan tak berhenti begitu saja, malah di sana mereka semua dituntut untuk lebih berjuang, berlatih adaptasi dengan suhu lingkungan yang dingin, berlatih berlari dengan kecepatan yang tetap cepat di atas es, dan masih banyak tantangan yang lain. Di akhir cerita, perjuangan mereka tidak menghasilkan piala atau medali emas sebagai juara Olimpiade. Tetapi mereka menunjukkan kepada dunia, bahwa mereka benar – benar berjuang mengharumkan tanah airnya. Sang pembahas pun menyampaikan makna yang bisa didapatkan, yaitu “Dunia tak pernah menuntut kita menjadi yang terbaik (jadi no.1), tetapi dunia ini menuntut kita untuk berusaha dan berjuang dengan semaksimal yang kita bisa.” Selain itu, beliau menambahkan, “Film ini mengajarkan kepada kita pentingnya seorang pelatih, guru, mentor, atau murabbi.”(betha)

Komentar