Dua Perjalanan dalam Sehari

Pekan sunyi alias minggu tenang di kampus biru memang telah lewat. Mungkin momen itu terjadi sekitar dua minggu yang lalu. Seperti biasa, minggu tenang sebenarnya adalah waktu – waktu untuk mempersiapkan UAS dengan baik. Tetapi hal itu tak 100% kurasakan, pasalnya ada tugas dari ibuku yang membuatku agak terkesan sibuk. Jadinya minggu tenang menjadi minggu tak tenang bagiku. Karena sebagaian besar kegaiatanku bukan menenangkan diri, malah membuat ketidaktenangan belajar.
Aku lupa harus memulai dari mana, banyak sekali momen- momen yang menurutku begitu menarik dalam perjalananku. Ada suatu rasa kemandirian, keharuan, kekecewaan, kelelahan, kebingungan, dan beraneka lagi ke-...-an. Begitu ekspresiku yang bermacam – macam menghadapi keadaan yang berbeda bahkan kadang kontras sekali.
Kisahku dimulai dari rumahku yang kusayang, ibu memberi saran untuk segera kembali ke Malang, untuk mengambil sesuatu yang penting yang selanjutnya harus dibawa ke rumah tanteku di Surabaya. Aku ingat bahwa hari itu juga ada syuro persiapan kegiatan SAMBA. Aku diantar ibukku menuju ke terminal. Alhamdulillah , belum sampai terminal kami berpapasan dengan bis tujuan Malang yang masih bisa dikategorikan sepi penumpang. Aku pun akhirnya duduk dengan tenang di bus. Dan sekitar 2 jam lebih beberapa menit (hampir 3 jam), aku sampai di terminal Landungsari. Angkot AL berangkat juga, sesampainya di dekat gang tikus (sebutan gang yang ukurannya tak lebar, dan digunakan untuk jalan pintas menuju kampus) aku berhenti. Aku memutuskan untuk terlebih dahulu ke kampus, tepatnya ke MNI untuk mengikuti syuro sebentar. Keputusanku untuk mengikuti syuro teenyata adalah pilihan tepat. Ternyata aku lupa memasukkan kuncimasuk kontrakan ke dalam tas, jadinya aku harus menemui teman sekontrakanku di fak.perikanan. Aku bisa kembali istirahat sejenak di kamar kostku.
Kisah perjalanan keduaku berawal dari Al-Haritsah, kontrakan tercintaku. Sore itu juga masih pada hari yang sama, aku berniat untuk pergi ke Surabaya, ke rumah tanteku. Aku memutuskan untuk naik bis ke Surabaya. Dengan memasang wajah biasa saja, aku naik angkot AL. Ternyata di depan Matos, sang supir menghentikan angkotnya untuk beberapa saat. Ternyata aku diungsikan ke angkot yang lain yang sedang menunggu penumpang lain. Sepuluh menit kemudian, akhirnya si angkot dijalankan juga. Aku turun di terminal Arjosari. Hehehe...tak semulus itu. Ternyata aku memang belum berpengalaman, aku belum mengerti kapan harus turun. Jadinya telat turun, alhamdulillah aku diturunkan di tempat yang tak jauh dari pintu masuk. Setelah membayar peron, ada bus tujuan Surabaya yang akan berangkat tetapi dengan keadaan penumpang yang tergolong sepi. Buktinya aku dapat tempat duduk dengan leluasa, tempat duduk yang seharusnya diisi 3 orang, tetapi aku menempatinya sendiri.
Akhirnya tiga jam telah berlalu, Aku telah sampai di terminal Bungurasih. Di sana, aku harus menunggu sejenak untuk dijemput tante. Di sela – sela waktu menunggu, beberapa sms masuk ke inbox. Ukhti pipit mengabarkan tentang pengumuman staff EM, Yosi malah tanya tentang meteri matematika lanjut untuk UAS, ibuku tanya tentang keberadaanku dimana, tanteku mengabarkan kemacetan di jalan, satu lagi sahabatku SMA mengawatirkan aku di terminal dengan keadaan sms-an.
Hari itu adalah hari yang spesial buatku, dimana dalam satu hari aku menjalani dua perjalanan dengan bis. Paginya dari Jombang ke Malang lalu sorenya dari Malang ke Surabaya. Sebenarnya capek juga, tapi hal ini jadi pengalamanku yang unik.

Komentar