Alhamdulillah, Aku Masih Bisa Berdiri

Pagi ini kuawali dengan kegiatan rutinku di Al-Haritsah, setelah sholat shubuh dan tilawah, aku istirahat sebentar di atas kasur untuk menunggu giliran untuk mandi pagi. Yach, wajar saja. Kamar mandi satu rumah hanya ada 1 untuk 7 penghuni. Tapi sekali lagi itu bukan maaslah besar untuk hari ini. Jam 6 pagi, akhirnya tiba giliranku. Jam 6.30 aku sudah berangkat ke kampus, ada kegiatan khusus. Tak kusangka aktivitasku sampai jam 8.30. Tetapi, hal ini juga bukan masalah besar bagiku.
Rencanaku selanjutnya adalah pulang ke rumah tanteku di Surabaya. Aku ingin pulang dengan kereta api jam 9.45. Tetapi sebelumnya, aku beli sarapan dulu. Setelah selesai makan, aku pun merapikan barang bawaan dan segera berangkat ke stasiun, jam dinding Al-Haritsah menunjukkan pukul 9.30 (selang waktu 15 menit lebih cepat dengan keadaan sebenarnya). Aku pun berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Alhamdulillah, dua puluh menit kemudian aku sudah berada di depan stasiun. Aku langsung membeli tiket, lalu masuk stasiun, dan berjalan menuju jalur 3. Kereta api Penataran tujuan Surabaya akan lewat di jalur tersebut.
Aku terpaku melihat deretan bangku kayu yang telah dipenuhi oleh calon penumpang kereta api Penataran. Wuiiih....rasanya membuatku menciut. Aku takut, kalau nanti tidak dapat tempat duduk, akibatnya aku khan harus berdiri.Semoga saja itu hanya prasangka yang salah.
Sungguh sebenarnya Allah akan mengikuti prasangka hambaNya. Memang benar, kereta api pun telah datang dari stasiun Kota Lama, dan aku melihat betapa penuh isi kereta, bahkan sudah banyak yang berdiri. Sedikit lega, setelah tahu bahwa penumpang yang berdiri di dalam kereta adalah penumpang yang akan turun di stasiun Kota Baru ini. Aku sempat menelepon tanteku mengabarkan keadaan kereta api yang full. Aku disarankan untuk menunggu yang berikutnya, tetapi aku tetap saja berusaha untuk masuk, karena tetap berharap masih ada bangku tersisa.
Memang isi kereta sudah bisa diduga, tampak dari luar sudah ramai, ternyata di dalamnya tambah parah.Ya, ini memang konsekuensinya. Aku berdiri....di samping penumpang lainnya yang duduk. Aku merasa berat karena harus membawa tas laptop beserta isinya. Lebih parah lagi. Banyak sekali pedagang asongan yang bolak – balik dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Subhanallah, aku melihat mereka begitu bersemangat bekerja. Aku melihat keringat bercucuran di wajah mereka, sambil terus menyampaikan barang yang mereka jual plus kalimat iklannya.Yang masih bisa kuingat adalah penjual es susu, yang ada beberapa macam rasa. Beliau juga pernah kulihat saat naik kereta penataran pada beberapa waktu lalu. Beliau menyuarakan ,”Es...susu....dingin...Suegerrrrr!”Beberapa penumpang yang merasakan hilangnya suasana dingin dari kota Malang pun memutuskan membeli es. Yach, suasana di kereta api memang panas, ditambah banyak penumpang yang berdiri di tengah diantara tempat duduk penumpang.
Alhamdulillah, aku masih diberi kekuatan untuk berdiri dengan kuat dari stasiun Kota Baru sampai stasiun Bangil. Entah, aku tak menyadari berapa waktunya, karena tak sempat merogoh HP untuk menghidupkan stopwatch.Hehehe...Aku akhirnya dapat tempat duduk sampai di stasiun tujuanku,Stasiun Gubeng. Hari ini walau memang begitu wajarnya kujalani, tapi aku mendapatkan pelajaran. Pertama, Kita harus sabar menghadapi keadaan yang tak kita sukai. Kedua, ternyata kita dengan keadaan kita sekarang bukan merupakan yang paling terpuruk. Kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat yang kita peroleh. Masih banyak lagi umat yang lebih diuji Allah. Ketiga, dan seterusnya bisa diungkapkan oleh pembaca.
Jazakumullah.....
Malang – Surabaya, 9 Juli 2008

Komentar

Mana??? Belum ada tuh di artikelq. Masih 4 komentar!